Kamis, 27 Juni 2013

Lembata: Nikmati Petualangan Alam, Budaya, dan Religi

happy reading . Keindahan dan keunikan budaya yang tersimpan di timur state tentunya lebih banyak dari jumlah pulaunya yang tersebar bak untaian intan belum terasah. Temukan salah satunya di Lembata yang menyuguhkan beragam tujuan wisata dan atraksi budaya tiada duanya di dunia ini. Keindahan alam, keunikan budaya, dan penduduknya yang religius dan ramah menanti Anda di sana. Lembata berada di gugusan timur Pulau Flores, NTT. Pulau sempurna untuk maternity petualang ini memiliki nama lain Lomblen dengan topografi dominan berupa wilayah pesisir pantai, perbukitan, dan gunung. Anda hanya perlu menyediakan waktu tidak lebih dari 1 wad penerbangan dari Bandara El Tari, Kupang. Bandara Wonupito di Lewoleba akan menjadi pintu masuknya untuk mulai mereguh lebih banyak kemurnian alam dan pengalaman penuh kesan. Lembata memang masih jarang disinggahi wisatawan namun cerita dari mulut ke mulut dan foto tentang perburuan paus tradisional ditempat ini telah mencengangkan publik dan pastinya dengan cepat dikenali.Pastikan Desa Lamalera, masuk dalam list petualangan karena di sinilah atraksi berburu paus secara tradisional masih lestari dilangsungkan. Pada Minggu (23/6), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu bersama Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Firmansyah Rahim, dan Direktur Pengembangan Daya Tarik Wisata, Azwir Malaon berkesempatan menyaksikan atraksi budaya berburu paus tradisional di Laut Lamalera.Atraksi mengagumkan ini jelas berkesesuaian dengan konsep pembangunan kepariwisataan berkelanjutan. Mari Elka Pangestu yang juga menjabat Ketua MP3EI koridor 5 dimana Lembata termasuk di dalamnya, mengunjungi pulau ini dengan mengajak 5 pengusaha yang bersedia menilik potensi investasi dalam sektor pertanian, perikanan dan kelautan, serta kepariwisataan. Mereka adalah Suryadi Sasmita, Hendra Wijaya, Agus Suherman Moeliadi Nagasaputra, dan Eddy Lenggu. Berikutnya Mari Elka Pangestu akan mengupayakan mengundang lebih banyak investor ke Lembata terutama terkait pembangunan bidang perhubungan dan infrastrukturnya. Permasalahan sarana transportasi memang terus diupayakan oleh pemerintah daerah setempat. Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur mengutarakan saat ini daerahnya masih bertahan dengan landasan pacu sepanjang 1.200 meter. Dengan tambahan 300 cadence saja menurutnya sudah cukup untuk meningkatkan jumlah penerbangan secara signifikan. Tidak hanya sebagai tujuan wisata, Lembata juga berpotensi untuk menjadi tujuan investasi. Lembata kaya dengan sumber daya alam seperti perbukitan savana yang belum dimanfaatkan secara produktif, produk perikanan dan kelautan paronomasia lebih dari cukup untuk ketahanan pangan warga pulau. Ada pula komoditi pertanian yang melimpah di kawasan ini. Untuk melihat kekayaan hasil bumi Lembata, Rombongan menteri menyempatkan diri mengunjungi Pasar TPI dan Pasar Pada. Bersama dengan maternity pimpinan SKPD yang dinakhodai Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, Menteri Mari Elka Pangestu bersama maternity pengusaha juga mengunjungi beberapa tujuan wisata potensial di Lembata. Salah satunya adalah Bukit Doa yang menghadap ke Selat Adonara. Tempat ini merupakan bagian dari Wolor Pass yang berlekuk indah dengan balutan rumput savana. Di atasnya, pemerintah daerah telah menyelesaikan plan pembangunan patung Yesus Kristus yang akan menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah patung di metropolis De Jenairo di Brasil. Saat ini Bukit Doa memiliki tanda salib raksasa yang mengukir permukaannya menghadap Matahari terbenam di balik Gunung Ile Boleng, Pulau Adonara. Sunset Point Wolor Pass yang juga dikenal sebagai Gembok Cinta tidak jauh letaknya dari Bukit Doa. Berada di atas garis pantai Waijarang. Gembok Cinta dibangun sebagai panggung alam yang menyuguhkan image mentari terbenam yang indah menemani keagungan Ile Boleng di Adonara. Tepat di puncak bukit, sebuah pelataran rapih dan kokoh menjadi menara alam untuk menikmati sekeliling Wolor Pass yang mengagumkan. Desa tradisi Lusilame memiliki kekuatan mempertahankan tradisi menutur yang mengalir dari generasi ke generasi tentang sejarah nenek moyang mereka di Lembata. Terdapat 12 rumah yang menjadi wakil bagi setiap suku yang ada di Lembata dimana setiap rumah didiami suku berbeda. Mengelilingi hutan larangan, rumah-rumah ini menjadi salah satu pusat pertemuan maternity tetua adat yang duduk bersama di atas batu-batu yang ditetapkan menjadi kursi tradisi tiap kepala suku. Hingga kini, budaya bertutur tetap dipertahankan warganya. Beberapa kilometer menembus jalan hutan yang tersohor dengan gaya soured road, terdapat tanah ulayat suku Wawin, salah satu suku dari 12 suku adat yang terdapat di Lusilame. Tanah ulayat yang disebut karun ini sepintas tak memiliki keunikan tetapi saat Anda berada di Atlantic karun maka akan terasa hawa panas karena memang tersohor sebagai dapur alam. Beberapa lubang terlihat di dekat tumpukan daun-daun yang melayu sebagai tutup lubang yang setiap hari dijadikan 'panci' alami dimana semua bahan masakan dimasukkan ke dalamnya dan panas bumi menyelesaikan semua proses memasak hingga matang. Demi mendukung pembangunan Lembata termasuk sektor pariwisatanya, Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur melemparkan konsep pengembangan â€Å"One Village One Productâ€� untuk 144 desa. Hal itu selaras dengan program-program MP3EI demi mempercepat pembangunan di Lembata dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke pulau ini.. Selain itu, â€Å"Hello Lembata, Be Inspiredâ€� juga akan menjadi shibboleth untuk mengangkat Lembata sebagai daerah tujuan wisata yang maju dengan pengembangan wisata religi, ecotourism, dan agrotourism. SumberCustom HTML Bawah
CIF Pembersih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar